Kamis, 13 Januari 2011

Mini Tour Pasar Terong

By ; Rahmat Aris
Pada tahun 1997, sekitar 10 meter dari ujung jalan Terong (pertigaan jalan mesjid raya), oleh Pemerintah Kota Makassar, didirikan sebuah bangunan megah berlantai 3. Sebuah gedung modern yang berada diantara lapak-lapak dan kios-kios pasar terong. Gedung ini bernama Gedung Pasar Terong, sesuai dengan daerah dimana dia dibangun. Sama dengan aktifitas di sekitarnya, gedung ini juga dijadikan sebagai tempat jual beli oleh sebagian masyarakat Makassar.
enal-010.JPGGedung ini, dengan pintu masuk yang berada di lantai satu sebanyak 4 buah yang teradapat di setiap sisinya. Di lantai satu, kios-kios digunakan untuk menjual segala jenis pakaian. Mulai dari seragam anak sekolah sampai pakaian dalam dijual di sini. Ada juga beberapa kios yang menjual selain pakaian, seperti sepatu, dan juga tas. Di tengahnya terdapat tangga yang menuju ke lantai dua.
Di lantai dua, terdapat berbagai jenis barang yang diperjual belikan. Di bagian depan, sama seperti di lantai satu, terdapat segala jenis pakaian. Dibagian tengahnya, tempat dimana segala perabotan rumah tangga diperjual belikan, baik yang terbuat dari bahan besi seperti panci, penggorengan, sampai garpu-sendok, maupun yang terbuat dari bahan plastik seperti ember, baskom, dan lainnya.
Di bagian belakang tempat dimana segala jenis pakaian dan tas bekas diperdagangkan. Lods-lods yang sebenarnya digunakan untuk menjual daging dan juga ikan, sebagian besar tidak digunakan dan yang lainnya dipakai sebagai stand dari pakaian-pakaian bekas itu.
Di lantai tiga, dulunya dipakai untuk menjual berbagai barang pecah belah dan juga pakaian bekas (cakar). Tapi hanya kurang dari satu tahun sejak bangunan ini difungsikan, tempat ini sudah tidak digunakan lagi. Lods-lods banyak yang sudah pecah lapisannya. Langit-langit yang berlubang, dan juga terdapat retakan yang cukup banyak ditumbuhi lumut basah maupun yang sudah mengering. Tidak jauh berbeda dengan langit-langitnya, pada dindingnya pun terdapat retakan-retakan kecil yang memanjang.
Tak jarang di setiap dindingnya terdapat coretan, gambar dan juga tulisan-tulisan dari arang dan batu merah. Tulisan-tulisan ini tidak begitu jelas pesannya karena menggunakan bahasa daerah (Makassar) dan juga kalimat-kalimat cabul. Ada juga diantara dindingnya yang berwarna hitam karena pernah terbakar.
Dilantainya berserakan pecahan-pecahan dinding, pecahan langit-langit dan juga pecahan plafon. Juga terdapat beberapa kertas koran bekas dan juga karton serta pecahan-pecahan kaca dinding gedung. Ada juga lantai yang berlumut karena genangan air yang berasal dari atap bercampur genangan air kencing sehingga menimbulkan aroma tak sedap di sekitar daerah ini. Selain lantainya, beberapa fasilitas gedung pun banyak yang sudah rusak. Tangga eskalator dan juga lift, sama sekali tidak bisa digunakan. Mesinnya saja sudah digondol oleh maling entah kapan dan dibawa kemana.
Di bawah gedung ini aktif dengan aktifitas jual beli. Di lantai dasar (basement), pedagang menjual segala macam kebutuhan pokok dan rumah tangga. Mulai dari ikan, daging, sayur-sayuran, rempah-rempah sampai segala macam bumbu masakan dijual disini.
Gedung megah ini tinggal menyisakan kekumuhan, bahkan disekililingnya pedagang-pedagang kecil yang tidak mampu mengakses mahalnya kios dan lods di dalam gedung lebih memilih menghampar begitu saja dan mengatur diri dengan sendirinya seperti yang terlihat sekarang ini. Siapkah pemilik kegagalan bangunan yang tidak mempertimbangan budaya berdagang dan budaya berbelanja ini?

0 komentar: