Selasa, 18 Januari 2011

Term Of References Tour de Pasar / Jappa-jappa ri Pasara’


Latar Belakang
Penetrasi pasar modern semakin bergejolak di kota Makassar, Maraknya pembangunan mall dan pusat perbelanjaan modern lainnya di kota ini memberitakan pernyataan tersebut. Ironisnya pembangunan pasar modern tersebut justru harus mengorbankan pasar lokal yang telah berhasil menghidupi ratusan ribu pedagang yang notabene merupakan masyarakat kelas bawah. Pemerintah yang seharusnya menjadi pengayom bagi pedagang kecil justru memperburuk keadaan dengan senantiasa mengedepankan logika investasi yang terang akan lebih menguntungkan para pemodal dan mengucilkan masyarakat kecil.  Selain pedagang, konsumen pun tentunya dalam hal ini akan cukup dirugikan dengan kebijakan anak tiri terhadap pasar lokal. Harga barang yang melambung tinggi pada pasar modern ketimbang pasar lokal membuat masyarakat akan tersiksa dengan kebijakan tata ruang pemerintah kota yang menjauhkan pasar lokal dari pusat pemukiman penduduk.
Selain dari kegagalan PEMKOT Makassar dalam menata dan menjaga eksistensi pasar lokal, Tata kelola pasar yang dilakukan oleh institusi yang diembani tugas untuk melakukannya juga tidak berperan maksimal. Contoh saja persoalan sepele penanganan sampah pasar tidak sebanding dengan biaya retribusi harian yang dipungut kepada pedagang, belum lagi bila diikutkan dengan beberapa perilaku aparat yang terbilang korup (contoh: kasus korupsi pasar Pa’baeng-baeng). Kebijakan non partisipatif pemerintah yang bernafas neo-liberal akhirnya diturunkan hingga lapak-lapak para pedagang . Untuk itu perlu dilihat bahwa apa yang kemudian mendera pasar lokal tak lain adalah implementasi dari grand plan kapitalisme global pada setiap sektor. Invasi kekuatan modal yang kerap begitu kuat dalam menentukan kebijakan pemerintah semakin mendukung pasar modern untuk berdiri leluasa disekitar areal pasar lokal (Contoh: Pasar Tamalate dan Pasar Toddopuli yang dikelilingi beberapa pusat perbelanjaan modern).
Teruntuk bagi elit pasar lokal pun tidak hanya dapat dilihat dari kacamata ekonomi saja, ataupun diterawang tentang bagaimana pertempuran antara kepentingan para pedagang kecil dengan mereka para pemodal besar. Pasar lokal pun kerap kali dijadikan sebagai komoditi politik bagi mereka yang ingin meraup kekuasaan diatas kepala orang kecil. Maka tidak heran, diujung episode ritual PEMILU pasar lokal akan ditinggalkan ketika tidak ada lagi keuntungan yang dapat diperas dari para pedagang. Sehingga kembalilah pasar lokal pada posisi politik yang lemah, yang rentan terhadap penggusuran.
Hubungan kekerabatan dan interaksi antara pedagang dan pembeli di pasar lokal yang membedakan dengan pasar modern dikemudian hari bisa saja menghilang seiring dengan kikisan dari beberapa fenomena yang sempat dituliskan diatas. Suasana tawar-menawar sebagai pengejawantahan pola  interaksi budaya lokal kelak juga akan menjadi tumbal keserakahan kapital yang perlu dibentengi. Saat ini di tengah demoralisasi yang menerpa para pedagang dalam setiap kunjungan persoalan, diperlukan adanya upaya untuk mengembalikan eksistensi pasar lokal sebagai pusat perbelanjaan bermasyarakat.

Tujuan Kegiatan dan Bentuk Kegiatan
Semakin minimnya pengunjung pasar lokal memberikan ruang inisiasi untuk bagaimana mengupayakan metode sederhana dalam meningkatkan animo dalam memperhatikan pasar lokal. Selain itu persoalan yang mendera pasar lokal tentunya juga perlu diretas satu-persatu. Kampanye berbelanja di pasar lokal adalah salah satu cara untuk mengabarkan melalui kegiatan jalan-jalan mengenai peran pasar lokal dalam menghidupi ribuan penduduk sekitar pasar tersebut berada. Tour de pasar atau dalam bahasa Makassar “Jappa-jappa ri pasara’” yang berarti jalan-jalan di pasar dimaksudkan juga agar kita dapat menggali banyak informasi mengenai pasar lokal.
Sejarah terbentuknya pasar, cara bertahan di tengah gempuran arus pasar modern hingga persoalan sampah dan retribusi akan kita lihat sendiri melalui kegiatan jalan-jalan ini. Minimnya elemen masyarakat kota yang memperhatikan eksistensi pasar lokal membuat kami berupaya untuk mengajak elemen/komunitas/institusi se-Makassar untuk bersama-sama melihat dari dekat pasar lokal yang akan dikunjungi. Bentuk kegiatan jalan-jalan ataupun bagi yang ingin berbelanja dimaksudkan untuk membuat kegiatan sederhana ini menjadi menarik. Kiranya dari kegiatan ini nantinya, sosialisasi pasar lokal akan terus melebar. Selain itu, bagi kawan-kawan yang ingin berperan lebih dengan mengadvokasi persoalan pedagang tentunya adalah sebuah progres signifikan demi mempertahankan pasar lokal di Makassar.   
Tempat dan Jadwal Kegiatan
Kegiatan ‘Jappa-jappa ri pasara’ ini akan dilaksanakan di Pusat Niaga Daya dan Pasar Lama Daya yang bertempat di jalan Paccerakkang pada hari sabtu, 22 Januari 2011.



Active Society Institute (AcSI)
Let’s Work With Community

0 komentar: