Kamis, 13 Januari 2011

Peristiwa Penggusuran dan Penganiayaan serta pemukulan terhadap Pedagang Perempuan di Pasar Terong.

Berikut kronologis peristiwa pemukulan yang menimpa salah seorang pedagang perempuan di pasar Terong Kota Makassar.
Daeng Nur, pedagang di Pasar Terong yang menjadi korban penganiayaan.
Daeng Nur, pedagang di Pasar Terong yang menjadi korban penganiayaan.
Selasa, 27 Oktober 2009
· Pak Jamal, direktur pasar dibantu oleh Satpol PP melakukan penertiban pedagang di kedua sisi jalan Terong.
· Bulldozer mulai menggaruk dari Jalan Gunung Bawakaraeng menuju jalan Kangkung.
· Pedagang berusaha menghalangi Bulldozer dan melakukan tawaran bahwa sebaiknya Bulldozer dimulai dari jalan Masjid raya ke jalan Gunung Bawakaraeng dengan alasan tangga dan pagar pasar yang baru dibangun sejajar dengan kios pedagang.
· Satpol PP mengahalangi aksi pedagang tersebut, pedagang kemudian menuju ke depan pasar dan merobohkan pagar tembok besi.Sebagian Satpol PP menghalangi pedagang dengan membentuk barricade ditengah jalan.
Rabu, 28 oktober 2009
· Pedagang berunjuk rasa ke kantor walikota
Daeng Nur, saat menceritakan peristiwa pemukulan yang ia alami di depan para pedagang lainnya di pasar Terong
Daeng Nur, saat menceritakan peristiwa pemukulan yang ia alami di depan para pedagang lainnya di pasar Terong
Sabtu. Peristiwa Penggusuran, Penganiayaan dan Pemukulan Terjadi.
Sabtu, 31 Oktober 2009
· Pak Jamal menghimbau penghuni Ruko di sektor tangga selatan agar segera dikosongkan, polisi berdatangan ditambah sekitar 20 orang preman suruhan Suaib.
· Di depan ruko (warung kopi Herman) samping ruko Sinar, Daeng Nur dan Uci duduk di atas bale-bale mengatur undangan manasik haji. Haji Nanna mengambil undangan lalu pergi mengantar ke kerabatnya.
· Pak Jamaluddin Yunus (PLT Direktur Utama Pasar) dengan nada rendah meminta Sinar (penghuni ruko) untuk segera membereskan barang-barangnya sampai jam sebelas (11.00), saat itu pasar sedang ramai.
· Sinar menjawab “kukasih keluar di mana tidak ada suamiku.”
· Sambil mengatur undangan , Daeng Nur dengan bercanda dan mengatakan kepada Sinar “kalau tidak mauki repo’ kasi’ ambilmi saja mobil tongkang nu sandukki”
· Pak Jamal tetap menyuruh Sinar agar pelan-pelan mengeluarkan barangnya
· Suaib, polisi yang telah dipecat yang sekarang menjadi sopir Feri Sulistiyo (Developer pasar Terong) mengucapakan kata kotor “Apa kau Nur ana’sundala! “
· Daeng Nur kaget karena dia sama sekali tidak menyinggung Suaib. Dia merasa tersinggung disebut ana’sundala’ dan kemudian membalas “Apa juga kau ana’ sundala’mu juga”.
· Suaib mengatakan, “ Biar kau perempuan kupukul joko juga”
· Suaib maju dan langsung memukul wanita berumur 40an itu. Menarik tangannya dan menjatuhkannya ke tanah kemudian memukul dan menginjaknya.
· Pipi Daeng Nur Memar dan persendian lengan tangan kanan atasnya keluar dari magkoknya.
· Seorang pedagang perempuan menyaksikan peristiwa tersebut, melihat Daeng Nur jatuh dan diinjak dengan sepatu, dan tak berdaya setelah bangun.
· Aparat polisi ditempat kejadian tidak melakukan apa-apa.
· Setelah selesai dipukul, Daeng Nur yang sudah tak berdaya berusaha mengambil batu dan melempar Suaib namun dihalangi oleh aparat
· Suaib menghindar sambil mengolok-olok dengan menjulurkan lidahnya kearah Daeng Nur
· Uci yang menyaksikan peristiwa tersebut merasa sedih dan marah melihat Daeng Nur jatuh dan diinjak dengan sepatu, dan tak berdaya setelah bangun.
· Suaib mengulang tingkahnya, kepalanya muncul di sela lengan tangan temannya sembari menjulurkan lagi lidahnya keluar ke arah Daeng Nur.
· Uci, merasa jengkel melihat tingkah Suaib dan polisi yang tidak berusaha menghentikannya.
· Haji Nanna yang sudah selesai membagi undangan kembali ke depan ruko, dia melihat Daeng Nur menangis, dan Suaib juga masih tetap berdiri.
· Haji Nanna berteriak siapa yang pukul Daeng Nur. Orang berteriak itu sana menunjuk ke Suaib.
· Haji Nanna marah dan mengatakan “ e.. ana sundala, baine punna naewa, ana’ sundala inne kabulamma’”.
· Suaib dibiarkan lari.
· Haji Nanna mengambil batu, Pak Nasir (anggota kepolisian) memegang tangannya saat mengejar Suaib.
· Haji Nanna memohon agar tangannya dilepaskan “pammopporangka pak, kasih lepaski tanganku, kutuntutki kalau ada apa-apa sama tanganku”.
· Daeng Daha’ juga mengatakan”kenapako pegang Aji Nanna kenapako halang-halangi Aji nanna”, kepada Pak Nasir.
· Setelah tangannya dilepaskan, Haji Nanna mengejar Suaib dan beberapa laki-laki ikut mengejar.
· Dayong, anak pak Mustari (mantan kepala pasar Terong) muncul dan menyuruh laki-laki mundur, dan juga menghalang-halangi haji Nanna. Haji Nanna mengancam akan melempar kepala Dayong jika dia masih menghalanginya.
· Saat Haji Nanna ingin melempar , Suaib berniat mengeluarkan badiknya, Haji Nanna hanya berucap “tidak ada memang tong ini maluna habis naperkosa iparna kurang ajar”.
· Di depan aparat Haji Nanna mengatakan “untuk apa banyakaparat disini kalau cuma perempuan tidak bisa diamankan.”
· Aparat menjawab “Ibu, dia tidak ada”. Haji Nanna membalas “adaki di sini pak.”
· Pak Imran Mansyur, Kepala satpol PP berucap “Bu tenangmiki, karena ditanganimi polisi.” Haji Nanna menjawab “E… pak saya tidak bisa tenang teman saya patah tanganya coba’ kita lihat patah tangannya, banyak tadi polisi di sana mau dikata semua dari sekta enam.”
· Haji Nanna mengejar sampai ke Sekta Enam.
· Jam 14.00 wita, Haji Nanna dengan soerang pedagang perempuan membawa Daeng Nur ke rumah sakit Stella Maris. Persendian tulang lengan kanan atasnya lepas dari mangkuknya, Dokter menghimbau agar diopname lalu dioperasi.
· Jam 15.00. Daeng Nur melapor ke Polwiltabes.
· Setelah dimintai keterangan Daeng Nur bersama Haji Nanna menuju ke rumah tukang urut di Rappokalling.
· Jam 17.00. Satu mobil pengangkut pasir mulai masuk ke samping ruko, dua mobil lainnya masih di jalan Terong.
· Kurang lebih sepuluh pedagang perempuan marah, masing-masing memegang batu dan mengusir sopir keluar dari pasar. Salah seorang lelaki memecahkan kaca spion truk tersebut.
Setelah peristiwa pemukulan yang di lakukan oleh orang dekat dari pihak pengembang pasar Terong selama ini. Daeng Nur, kini dalam berjualan di pasar Terong, setiap harinya masih harus merasakan sakit pada lengannya kanannya. Para pedagang lainnya di pasar Terong juga tidak menerima perlakuan SUAIB ini, namun akan tetap menyerahkan pada proses hukum. Oleh karena itu, para pedagang mengharapkan, pelaku mendapatkan ganjaran yang seimbang serta pemerintah memperhatikan keberadaan pihak pengembang pasar Terong di bawah PT. Putra Makassar Perkasa di bawah kepemilikan salah seorang keturunan etnis Thionghoa (Ferry Sulistyo) yang selama ini hanya merugikan pedagang.
MARI SELAMATKAN PEREKONOMIAN RAKYAT

0 komentar: